Thursday, 18 November 2010

Heran

Akhir-akhir ni, hidup terasa seakan aku hanya terus 'berjalan', menjaga ritme, menjaga keseimbangan.

keep on walking and walking...

Yah, bukan berarti kerikil-kerikil itu lalu lenyap dan menampangkan jalan lurus mulus tanpa cacat terbentang di hadapku. Tapi tetap saja, goresan-goresan tak bertanggung jawab dari kerikil-kerikil menyebalkan itu tak terlalu menggangguku. Bukan, lebih tepatnya, tak terlalu kupedulikan. Atau tak lagi kurasakan?

Entahlah. Hanya saja, terasa seperti itu.

kakiku tak mungkin berhenti melangkah. Tapi, kalau kucoba perlambat sedikit tempo perjalananku, lalu kuperhatikan lagi jalan di hadapanku,

Aku tahu jalan mana yang harus kutempuh. bukan, lebih tepatnya, akan kutempuh.

Jalan itu masih berkelok-kelok, penuh kerikil-kerikil tajam berbagai ukuran. naik, turun, kadang berlubang atau tertutup lumut hijau tua licin atau pasir hisap membahayakan. Pokoknya, penuh tantangan. Sarat rintangan. bertabur jebakan.

tapi aku tak merasa apapun. takut, kaget, bahkan gugup atau pesimis pun tidak. Apalagi senang, lega atau bahagia. Tidak. tak ada emosi apapun. 

Saat kutengok ke belakangpun, dan kulihat jejak-jejakku yg beraneka ragam, terkadang dalam di lumpur atau bebercak darah kering, dan beberapa bahkan telah ditumbuhi rumput atau bunga, 

Aku tak merasa apapun.

Ah, ya. aku hanya merasa (atau lebih tepatnya berfikir?) satu hal. Heran. Hanya itu.

No comments:

Post a Comment