Ini
kisah tentang seonggok kayu di sudut sana
Konon,
ia dulunya sebuah kursi tua
Entah
kapan Si Ahli Pahat menciptanya
Yang
semua orang tahu, sejak dulu sudah pastilah ia di sana
Sudah
tak diragukan lagi, pasti amatlah uzur usianya
Sang
Kursi Tua punya cerita
Cerita
yang terus berlanjut sejak dahulu kala
Dan
sepertinya tak akan berhenti sebelum malaikat meniupkan sangkakala
Mungkin
kau terheran dan bertanya mengapa
Atau
bagaimana bisa?
Yah,
wajar saja
Karena
cerita Sang Kursi Tua
Berkutat
pada insan manusia
Dialah
menonton kita semua
Menjadi
saksi atas segala tawa, canda, dan gelak tawa
Air
mata, duka, dan bahkan murka
Dengan
seksama menyelami setiap gurat ekspresi setiap wajah manusia
Perlahan,
tanpa suara
Mencoba
memahami setiap sisi diri insani
Terus
hingga akhirnya beristirahat ke hati nurani
Obyek
paling suci yang tersisa
di sini
Mencari
dengan amat hati-hati
Lihai
tanpa membuat si pemilik hati menyadari
Dengan
pasti terus mencari
Satu
titik cahaya. Satu saja
Titik
yang mampu
Membebaskan
manusia dari masa-masa kelabu
Yang
dipenuhi asap polusi dan kotornya nafsu
Satu
titik saja.
Hingga
kini, Sang Kursi Tua masih terus teronggok di sana
Terus
mendendangkan kisah-kisahnya tentang manusia
Akankah
kau bertanya, Hingga kapankah ia akan terus bercerita?
Maafkanlah,
karena akupun tak tahu pasti jawabnya
Mungkin
saja
Saat
ia akhirnya
Temukan
cahaya yang ia damba
Kini,
izinkan aku meminta jawabmu
Apakah
titik cahaya itu
Bersinar
dalam nuranimu?
Di tengah
merdunya fajar, September 2011