Wednesday, 21 September 2011

Sang Kursi Tua



Ini kisah tentang seonggok kayu di sudut sana
Konon, ia dulunya sebuah kursi tua
Entah kapan Si Ahli Pahat menciptanya
Yang semua orang tahu, sejak dulu sudah pastilah ia di sana
Sudah tak diragukan lagi, pasti amatlah uzur usianya

Sang Kursi Tua punya cerita
Cerita yang terus berlanjut sejak dahulu kala
Dan sepertinya tak akan berhenti sebelum malaikat meniupkan sangkakala
Mungkin kau terheran dan bertanya mengapa
Atau bagaimana bisa?
Yah, wajar saja
Karena cerita Sang Kursi Tua
Berkutat pada insan manusia

Dialah menonton kita semua
Menjadi saksi atas segala tawa, canda, dan gelak tawa
Air mata, duka, dan bahkan murka
Dengan seksama menyelami setiap gurat ekspresi setiap wajah manusia
Perlahan, tanpa suara
Mencoba memahami setiap sisi diri insani
Terus hingga akhirnya beristirahat ke hati nurani
Obyek paling suci yang tersisa                       di sini

Mencari dengan amat hati-hati
Lihai tanpa membuat si pemilik hati menyadari
Dengan pasti terus mencari
Satu titik cahaya. Satu saja
Titik yang mampu
Membebaskan manusia dari masa-masa kelabu
Yang dipenuhi asap polusi dan kotornya nafsu
Satu titik saja.

Hingga kini, Sang Kursi Tua masih terus teronggok di sana
Terus mendendangkan kisah-kisahnya tentang manusia

Akankah kau bertanya, Hingga kapankah ia akan terus bercerita?
Maafkanlah, karena akupun tak tahu pasti jawabnya
Mungkin saja
Saat ia akhirnya
Temukan cahaya yang ia damba

Kini, izinkan aku meminta jawabmu
Apakah titik cahaya itu
Bersinar dalam nuranimu?

Di tengah merdunya fajar, September 2011